Diduga Beda Pilihan Politik di Pilkada, Seorang Guru SDN Dimutasi ke Daerah Terpencil di Situbondo

Iklan Semua Halaman

Diduga Beda Pilihan Politik di Pilkada, Seorang Guru SDN Dimutasi ke Daerah Terpencil di Situbondo

05/12/2024

Marwito, ditemani Misyani istrinya,  saat ditemui di rumahnya di Dusun Tegal Sari, Desa Kedungdowo

Situbondo (jurnalbesuki.com) - Diduga karena beda pilihan  politik dalam Pilkada Situbondo, Marwito (55), seorang  guru SDN   Dusun Tegal Sari, Desa Kedungdowo, Kecamatan Arjasa, Situbondo, dimutasi ke SDN 1 Tepos, Kecamatan Banyuglugur, Situbondo, dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam  dari rumahnya.


"Peristiwa mengagetkan  saya dan keluarga tersebut terjadi pada Pilkada Situbondo tahun 2020  lalu. Saat itu, Bupati Situbondo terpilih Karna Suswandi berpasangan dengan Nyai Hj Khoironi,"ujar Marwito, saat ditemui di rumahnya, Kamis (5/12/2024).


Menurutnya, diakui sebelum pelaksanaan Pilkada Situbondo tahun  2020 lalu, dirinya sering menemani KH Sainuri Sofyan untuk menghadiri pengajian sholawat nariyah di sejumlah desa di Kecamatan Arjasa. Selain itu, pihaknya juga aktif melakukan kegiatan  bhakti sosial, seperti membantu pembangunan masjid dan musala.


"Selain sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), saya juga sebagai ketua tanfidz Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama  ( MWC NU) Arjasa sejak tahun 2020 hingga sekarang. Makanya, saya aktif menghadiri pengajian untuk mendampingi KH Sainuri Sofyan,"beber Marwito.


Marwito menjelaskan, setelah tiga bulan Karna Suswandi dilantik  sebagai Bupati Situbondo sekitar Mei 2021 lalu, dirinya yang mengajar SDN 5 Jatisari, Kecamatan Arjasa dimutasi ke SDN 4 Blimbing, Kecamatan Besuki, Situbondo, dengan jarak sekitar 68  kilometer dari rumah.


"Karena saya  dimutasi tanpa ada dasar yang jelas. Saat itu, saya  sempat menghadapi kepala Dispendik Pemkab Situbondo, dan minta untuk mengundurkan diri. Namun, permintaan mengundurkan diri tidak dikabulkan,"ujar Marwito.


Namun, setelah bertugas di SDN 4 Blimbing selama 2 tahun, dengan jarak tempuh sekitar 2  jam dari  rumah. Pada awal  Maret 2023  lalu,  dirinya kembali dimutasi ke SDN 4 Tepos, yakni ke sekolah di daerah  perbukitan Desa Tepos, Kecamatan Banyuglugur, dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam.


"Sebelum melaksanakan tugas ke SDN 4 Tepos, saya menghadap ke Kiai Kholil As'ad. Sehingga  begitu mendapat restu beliau (Kiai Kholil red-), saya langsung menjalankan tugas  ke SDN 4 Tepos,"imbuhnya.


Lebih jauh Marwito menjelaskan, sebetulnya mengajar di tempat terpencil dan jarak sekitar 85 kilometer  membuat dirinya jenuh, mengingat setiap hari harus   berangkat  mengajar  sekitar pukul 04.30 WIB, dan pulang kerja sekitar pukul 16.30 WIB.


"Namun, karena saya niatkan  ibadah, yakni sambil mengenalkan ajaran Ahlussunnah wal jama'ah (Aswaja) dan menggelar pengajian setiap hari jumat kepada para siswa, sehingga membuat rasa capek saya hilang,"bebernya.


Marwito mengatakan, ada beberapa kejadian yang mengenaskan, saat dirinya bertugas di tempat terpencil dan di daerah perbukitan, seperti saat pertama bertugas di SDN 4 Tepos ruji roda belakang sepeda honda rontok, karena naik turun di perbukitan.


"Selain itu, pada Agustus 2023 lalu, saya ditabrak seekor monyet yang nyeberang di jalur pantura Situbondo, tepatnya di jalan raya Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Situbondo. Akibat kecelakaan tersebut, saya harus menjalani rawat inap di RS Situbondo,"katanya.


Marwito berharap, karena dirinya sekitar 4 tahun dimutasi ke sekolah terpencil,  selama pemerintahan Bupati Karna Suswandi dan Wabup Nyai Hj Khoironi, pihaknya berharap ke depan tidak ada lagi  korban kepentingan seperti dirinya.


"Kami berharap ke depan, dengan terpilihnya Mas Rio dan Mbak Ulfi menjadi Bupati dan Wabup Situbondo   tidak ada lagi korban kepentingan seperti saya,"pungkasnya.(ary)