Jember (jurnalbesuki.com) - Ikhwal Pemakaman Turbah itu sendiri, bermula dari tanah “wakaf” yang diberikan oleh KH Samsul Arifien, Talangsari. Sebab, saat jenazah disemayamkan di ndalem Talangsari, datanglah sebelas orang yang menawarkan tanahnya sebaga maqam Mbah Shiddiq. Mereka adalah H. Ilyas, Said, Riynah, (semuanya warga Gebang), Samiroh, Amir, Sakiman, KH Yusuf (mertua Mbah Shiddiq, semuanya warga Bulu Tuban), H Anwar (Jatian, Pakusari), H Abdul Hamid (Rowo Wiwongso) dan H Samsul Arifien, Talangsari. Aadil maka akhirnya diundi sebanyak tiga kali.
Ternyata undian jatuh pada tanah H Samsul Arifin
di Turbah, Condro, Kaliwates, tersebut.
Kini, di usianya yang hampirr 100 tahun, sejumlah
sarana fisik, termasuk musholla, masih terlihat seerhana. Beberapa waktu lalu,
Panitia pembangunan berhasil merehabilitasi
bangunan musallah tersebut meski alakadarnya. Apalagi, tambah Gus Afton Ilman
Huda, cicit Mbah Shiddiq, terkait dengan program pestisius Bulan Berkunjung ke
Jember (BBJ), Pemakaman Turbah ini, bisa dijadikan salah satu paket wisata
relegi. “Jadi, pengunjung BBJ tak hanya nonton hiburan, tapi ada oleh-oleh
kenangan relegi juga,” tuturnya.
Memang seiring dengan makin banyaknya pengunjung,
pihak pengelola makam bersejarah tersebut masih belum mampu menyediakan
oleh-oleh atau souvenir yang bisa dibawa pulang. Gus Afton sendiri telah
mengupakan mencetak buku kecil tentang sejarah makam, sosok ulama besar KH
Shiddiq, serta silsilah keluarga dan perjuangannya untuk bangsa dan negara.
(Ahmad Hasan Halim)