Anakan lumba-lumba yang merupakan mamalia laut yang dilindungi itu, ditemukan terdampar dan mati oleh salah seorang nelayan setempat, yakni ditemukan di bibir pantai sekitar destinasi wisata Kampung Kerapu, Desa Klatakan.
"Saya tidak tahu secara pasti detik-detik matinya mamalia laut tersebut, namun yang pasti bangkai anakan lumba-lumba ditemukan di bibir pantai,"ujar Yudik (40), salah seorang warga Dusun Gundil, Desa Klatakan, Senin (26/8/2024).
Menurutnya, begitu mengetahui ada bangkai anakan lumba-lumba di bibir pantai, puluhan warga langsung mengubur bangkai lumba-lumba dengan panjang 150 centimeter tersebut.
"Berat lumba-lumba yang terdampar dan mati sekitar 20 kilogram,"bebernya.
Syarif (30) warga Desa Klatakan, Kecamatan Kendit mengatakan, diakui dirinya dan sejumlah warga ikut menguburkan bangkai anakan lumba-lumba tersebut. Kondisinya masih kecil dan terlihat kebingungan karena terpisah dari rombongannya.
"Pertama kali saya liat anak lumba-lumba itu tersangkut sampag plastik, sehingga kami mencoba melepaskan dari sampah plastik teesebut," katanya.
Menurut dia, setelah sampah plastik terlepas dari tubuh anakan lumba-lumba tersebut, sekitar pukul 10.00 WIB dirinya meninggalkan anakan lumba-lumba.
"Bahkan, pada pukul 10.00 WIB itu masih keliatan bermain-main di pinggiran pantai, namun pukul 14.00 WIB siang lumba-lumba tersebut terlihat lemas dan pukul 15.00 WIB lumba-lumba tersebut kepinggir dan mati,"kata Syarif.
Sementara itu, Kasatpolairud Polres Situbondo AKP Gede Sukarmadiyasa membenarkan anakan lumba-lumba terdampar dan mati.
"Memang ada anakan lumba-lumba terdampar dan mati, selain akibat tersangkut sampah plastik ada kondisi lain yang mempengaruhi salah satunya karena suhu di dalam laut yang berubah cepat, sehingga banyak ikan terdampar dan mati,"katanya.(ary)