Situbondo (jurnalbesuki.com) - Sejumlah petani di Kecamatan Bungatan, Situbondo mengaku resah. Itu terjadi menyusul beredarnya pupuk bersubsidi jenis NPK Phonska yang diduga palsu.
Bahkan, pupuk yang dibeli petani di salah satu kios tersebut, diduga dicampur dengan pecahan genteng dan material bangunan yang lain.
Anam Ferdian, salah seorang petani asal Kecamatan Bungatan, Situbondo mengatakan, ditemukanya pupuk bersubsidi NPK Phonska, yang diduga dioplos dengan material bangunan itu, berawal saat kakek (Kut Ruslin red) hendak memupuk di sawah, namun pupuk yang dibelinya kondisinya padat. Bahkan, sulit untuk dihancurkan.
“Saat saknya dibuka, banyak pupuk yang padat. Awalnya saya menduga akibat basah sehingga padat. Namun, saat dihancurkan ada semacam kerikil, pecahan genteng, dan pecahan material bangunan,”ujar Anam Ferdian, Kamis (22/6/2023).
Menurut dia, meski pupuk tersebut diduga dioplos, namun pihaknya tetap menaburkan pupuk NPK Phonska yang diduga palsu, mengingat untuk mendapat pupuk sulit. Apalagi uangnya juga tidak ada untuk membeli yang baru, sedangkan untuk ditukar juga takut membuang-buang waktu.
“Pupuk kan dibatasi. Makanya saya dan kakung tetap menaburkan pupuk ke tanaman. Namun, saya mengambil sedikit sampel, untuk ditunjukkan kepada pemilik kios. Apakah itu campuran atau memang pupuknya yang padat,” Katanya.
Anam menegaskan, meski pupuk NPK Phonska diduga dioplos dengan pecahan genteng, namun pemilik kios tetap bersikukuh jika pupuk yang dijual asli.
"Namun, saat saya mengatakan jika ada campuran seperti genteng dan bahan bangunan, pemilik kios pupuk justru diam,"bebernya.
Lebih jauh Anam mengatakan, karena tidak puas dengan jawaban pemilik kios, dirinya mencoba untuk membersihkan gumpalan pupuk yang padat tersebut. Namun, saat membersihkan dirinya disaksikan para tetangganya.
"Hasilnya, setelah pupuk padat itu dibersihkan dengan cara direndam ke air, ternyata setelah gancunya hilang, baru terlihat kalau benda yang padat itu pecahan genteng dan pecahan semen,”bebernya.
Anam menambahkan, setelah warga mengetahui jika pupuk bersubsidi dicampur genteng dan semen, pemilik kios mendatangi rumah dirinya. Bahkan, langsung mengambil pecahan genteng yang dioplos dengan pupuk bersubsidi tersebut.
"Waktu pemilik kios datang, saya dan kakung tidak ada di rumah. Yang ada di rumah hanya ibu saya, moro-moro dibawa paksa tanpa izin kepada saya dan kakung,"imbuhnya.
Namun, hanya berselah sehari setelah mengambil sampel, pemilik kios datang kembali ke rumah, dan
seakan-akan megembalikan pupuk tersebut. Begitu di cek termyata sudah beda, diduga kuat sudah ditukar.
"Barang yang pertama sudah dibawa, diganti yang baru. Tapi tidak ada kesamaan, barangnya sudah halus,"ucapnya.
Karena dia tidak mau menyalahkan siapa-siapa, dia enggan melaporkan dugaan pengoplosan pupuk tersebut ke aparat penegak hukum setempat.
“Saya dan pemilik kios sudah damai, saya hanya berharap tidak ada lagi penjualan pupuk oplosan,” kata Anam.
Sementara, pemilik Kios Pupuk Misyono mengatakan, jika pupuk tersebut didapatkan dari CV Karunia. Dia hanya sebatas menerima dan menjual kepada orang yang membeli. Dia juga tidak mengetahui jika ada dugaan campuran batu.
"Kalau dikatakan batu saya tidak tahu, kalau kerek-kerek (mengeras) itu saya tahu. Saya tidak tahu juga, saya kan hanya penerima dan menyalurkan kepada petani,” tutupnya.(ary)