Gara-gara Pasang Kateter, Alat Vital Pria Ini Membusuk Lalu Meninggal

Iklan Semua Halaman

Gara-gara Pasang Kateter, Alat Vital Pria Ini Membusuk Lalu Meninggal

17/02/2023

Ilustrasi alat bantu kencing pria.(foto. wikihow)

 jurnalbesuki.com - Seorang pria berumur 64 tahun mendatangi rumah sakit untuk memasang kateter untuk membantu buang air kecilnya pasca mengalami sakit akibat serangan stroke. Dia berharap bahwa langkah itu bisa membuatnya lebih nyaman dan lancar ketika hendak kencing. 


Tak disangka, pemasangan alat bantu kencing itu justru membuat alat kelaminnya membusuk dan menewaskan dirinya. Menyadari alat kelaminnya berubah warna menjadi hitam dan membengkak serta selalu mengalami demam, maka sepuluh hari usai pemasangan alat, pria itupun bergegas kembali ke ruma sakit untuk mengkonsultasikan. 


Dokter yang menangani kasus itu mengatakan bahwa ujung penis pasien membengkak dan terjadi gangren atau membusuk. Pada darahnya, terkandung sel darah putih yang tinggi, menandakan tubuhnya sedang berusaha melawan infeksi dan diberikan antibiotik.


Dikutip dari The Sun, tes selanjutnya mengungkapkan bahwa pria itu terinfeksi Klebsiella pneumoniae, sejenis bakteri yang terkadang dapat menginfeksi pasien di tempat perawatan kesehatan.


Dokter mencoba menyelamatkan nyawa pria itu dengan membuang bagian penisnya yang terinfeksi. Tetapi, pria tersebut meninggal dunia karena sepsis, komplikasi berbahaya akibat respons tubuh terhadap infeksi.


Sepsis terjadi saat sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap infeksi dan mulai merusak jaringan serta organ tubuh. Kasus yang mengejutkan ini pertama kali dilaporkan dalam Journal of Medical Cases Reports.


"Meskipun sudah dilakukan kontrol sumber dicapai dengan debridemen agresif, yang berarti pengangkatan jaringan. Serta perawatan luka yang hati-hati, dan antibiotik spektrum luas, pasien meninggal karena syok septik," tulis laporan tersebut.


"Waktu antara diagnosis dan pengobatan sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas, dan dapat dengan cepat berkembang menjadi sepsis. Inilah mengapa penyakit ini tetap menjadi penyakit yang mengancam jiwa," pungkas mereka.(detik/hans)