Selama Musim Covid-19, Kasus Penyakit TB Jember Menurun Drastis

Iklan Semua Halaman

Selama Musim Covid-19, Kasus Penyakit TB Jember Menurun Drastis

02/04/2022


 Jember (jurnalbesuki.com) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jeember merilis data baru bahwa telah penurunan drastis pada kasus penyakit Tuberkolosa (TB) selama musim Covid-19. Menurut data Dinkes, sejak tahun 2018 jumlah penderita TB di Kabupaten Jember mencapai 6.900 orang. 


"Dan pada saat musim pandemi corona berlangsung, jumlah itu terus menurun signifikan sehingga per akhir tahun 2021 hanya tercatat sebanyak 3.170 penderita," ujar dr RitaWahyuningsih, Kasi Pengendalian Penanggulangan Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Jember, kemarin.


Penurunan itu menurut Rita bukanlah hal menggembirakan. dia kuatir akan terjadi semacam fenomena gunung es. Pasalnya, selama ini kasus TB di Jember menempati urutan kedua se Jawa Timur setelah Surabaya. “Untuk potret Kabupaten Jember sendiri, sebetulnya Jember ini nomer 2 se Jawa Timur untuk capaian kasus TBnya. Nomor satu di Surabaya,” kata dokter Rita saat dikonfirmasi di Kantor Dinkes Jember, Jalan Srikoyo, Kecamatan Patrang


Namun dengan ada penurunan selama dua tahun terakhir, kata dokter Rita, bicara upaya pencegahan dari penyakit menular ini, tentunya ada dua asumsi.


“Apakah memang betul-betul kasusnya tidak ada, atau penemuannya yang sulit dikarenakan memang cenderung terbatasi kegiatan kita (karena saat itu pandemi Covid),” ucap dokter Rita.


Lebih lanjut Rita menjelaskan, dengan kondisi menurunnya angka kasus TB di Jember, diakui karena ada banyak faktor yang mempengaruhi. Khususnya soal dikucilkan dari lingkungan sekitar jika ada yang terkonfirmasi TB.


“Lah banyaknya kasus yang belum kita temukan itu sebenarnya dipengaruhi banyak faktor juga. Karena stigma masyarakat kaitannya dengan penyakit TB itu masih kuat banget. Jadi artinya, ketika orang itu tahu (ada salah seorang warga) terkena TB. Biasanya dikucilkan! Takutnya diisolir dengan lingkungan sekitar,” ungkapnya.


“Kemudian faktor kedua, masa pandemi covid terakhir. Kan kita fokus ke covid. Sebenarnya bukan tidak ada kasus TB, kasus TB itu ada. Tetapi karena gejalanya hampir sama, ya sebelas dua belas, antara covid dengan TB, apalagi sama-sama diserang adalah saluran pernafasan. Gejala yang muncul dominan itu batuk, lah orang jadinya takut mau diperiksa. Takut di covidkan,” imbuhnya.


Kemudian faktor ketiga, lanjutnya, sulitnya mendata soal penyebaran atau penularan TB.


Menurut dokter Rita, pemahaman masyarakat soal penyakit TB, cara penanganan, dan meyakinkan jika terkonfirmasi bisa disembuhkan. Hal itu dirasa masing kurang.


“Sehingga untuk edukasi terus kita lakukan, juga kita upayakan dilakukan. Supaya masyarakat itu idealnya tidak perlu diperintah atau disuruh oleh tetangganya. Tetapi dia sendiri bisa mendeteksi diri,” ujarnya.


“Semisal batuk sudah lebih 2 minggu, atau muncul gejala lain, mereka sudah paham dan langsung datang untuk periksa,” sambungnya.(dani)