Mengenal Lebih Jauh Sosok Raden Patah, Pendiri Kesultanan Demak Yang Masih Keturunan Majapahit

Iklan Semua Halaman

Mengenal Lebih Jauh Sosok Raden Patah, Pendiri Kesultanan Demak Yang Masih Keturunan Majapahit

06/01/2023

Ilustrasi Raden Patah

 jurnalbesuki.com  - Raden Patah merupakan pendiri kerajaan Islam pertama di Jawa, Kesultanan Demak Bintoro dengan gelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Keturunan langsung Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Ia sangat berperan dalam perkembangan dan penyebaran agama Islam di Demak.

Kisah Raden Patah


Mengutip buku Jejak Islam di Nusantara oleh Adi Teruna Effendi dkk, Raden Patah merupakan seorang putra dari Raja Kertabumi (Prabu Brawijaya V) dari kerajaan Majapahit dengan seorang selirnya yaitu putri Cina yang bernama Siu Ban Ci yang merupakan putri saudagar atau ulama Syaikh Bantong/Syeh Bentong (alias Tan Go Hwat). Saat selirnya hamil tua, permaisuri Prabu Brawijaya V, Ratu Darawati yang seorang putri Campa, cemburu. Kecemburuan ini membuat selir tersebut diceraikan dan dihadiahkan pada Arya Damar atau Jaka Dilah atau Swan Liong (Naga Berlian), seorang pemimpin legendaris keturunan Tionghoa yang berkuasa di Palembang pada pertengahan Abad 14 sebagai bawahan Kerajaan Majapahit. Siu Ban Ci akhirnya dinikahi oleh Arya Damar hingga melahirkan Raden Patah di Palembang. Dari Siu Banci dan Arya Damar, Raden Patah memiliki adik tiri bernama Raden Kusen.


Dari Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik sampai Kontemporer oleh Adi Sudirman menyebutkan, Raden Patah dikenal dengan nama Pangeran Jimbun. Sedangkan Jejak Islam di Nusantara oleh Adi Teruna Effendi dkk, di komunitas Cina nama Raden Patah dikenal dengan Jin Bun. Arya Damar diketahui telah masuk Islam, sehingga Raden Patah lahir dan dibesarkan di lingkungan keraton Palembang dan dididik secara Islam.


Dalam asuhan Arya Damar, Raden Patah tumbuh menjadi pemeluk Islam yang kuat. Saat berusia 20 tahun, Raden Patah berlayar ke Gresik untuk menemui ayah kandungnya, Prabu Brawijaya V. Namun ia berguru terlebih dahulu pada Raden Rahmat atau yang dikenal dengan Sunan Ampel yang terletak di Ampel Denta, Surabaya.


Setelah menemui ayahnya, Prabu Brawijaya V, ia kemudian dihadiahi sebidang tanah hutan di Bintoro, Kudus. Saat berguru dengan Sunan Ampel, Raden Patah dinikahkan dengan cucu dari Sunan Ampel.


Tahun 1475 M, ia mulai melaksanakan perintah gurunya dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah itu untuk menyiarkan agama Islam. Namanya pun makin tersohor. Pondok yang didirikan Raden Patah berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan, agama, dan perdagangan. Hingga akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.


Relasi dengan Majapahit dan Peranannya dalam Kesultanan Demak


Melihat pondok pesantren makin maju dan kuat, para Wali Songo muda mendesak supaya Raden Patah segera diangkat menjadi raja di Demak. Namun Sunan Ampel sebagai guru spiritual Raden Patah dan sunan yang paling dituakan tidak mau terburu-buru.


Sunan Ampel mempertimbangkan bahwa Kerajaan Majapahit masih diperintah Prabu Brawijaya V, ayah kandung Raden Patah. Menurut Sunan Ampel, tidaklah patut seorang anak berbuat makar terhadap ayahnya sendiri, demikian menurut buku Jejak Islam di Nusantara.


Namun, Sunan Ampel memperkirakan bahwa Majapahit akan runtuh dengan sendirinya karena tengah dilanda gejolak internal. Perkiraan Sunan Ampel tepat. Majapahit bubrah setelah digempur Kerajaan Kediri. Dalam serangan itu, Prabu Brawijaya V gugur di Kadaton dan digantikan Girindawardhana Dyah Ranawijaya untuk beberapa tahun lamanya.


Saat Majapahit dipimpin Girindrawardhana, barulah Sunan Ampel bersedia mengangkat Raden Patah sebagai raja pertama Kesultanan Demak. Ia diberi gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Adapun gelar yang diperoleh oleh Raden Patah selaku raja pertama Kerajaan Demak adalah Sultan Alam Akbar al-Fatah. Ia menjabat sejak tahun 1500 sampai 1518.


Dalam buku Demak Bintoro Kerajaan Islam Pertama oleh F Taufiq El Jauquene, nama Raden Patah diambil dari gelarnya, Al Fatah yang berarti "Sang Pembuka" karena dalam sejarah Islam di Nusantara, ia dinobatkan sebagai seorang pembuka kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.


Dalam menjalankan pemerintahannya, Raden Patah dibantu oleh ulama Wali Songo hingga Kerajaan Demak menjadi kerajaan Islam ternama.


Mengutip buku Manusia Indonesia, Alam, dan Sejarahnya oleh Noor Hidayat, Raden Patah sangat berperan dalam perkembangan kerajaan Demak dengan peran Wali Songo. Pada masa pemerintahannya, kekuasaan Raden Patah semakin meluas. Daerah yang masuk dalam wilayah kekuasaannya antara lain Pati, Rembang, Jepara, Semarang, Selat Karimata, hingga daerah di Kalimantan.


Peranan Raden Patah juga adalah dalam mendirikan Masjid Agung Demak yang dipercayai menjadi tempat berkumpulnya ulama Nusantara. Masjid ini juga berpengaruh pada masyarakat umum. Salah satunya adalah dinamika keadaan masyarakat yang tercermin dari perkembangan yang terjadi, yaitu sebagai akibat dari hubungan antar perorangan dan kelompok.


Masjid Agung Demak juga menjadi lambang kebesaran Kesultanan Demak pada masanya sebagai Kerajaan Islam di tanah Jawa. Keistimewaan lainnya dari masjid tersebut adalah salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan sisa kayu pembangunan masjid tersebut yang dikumpulkan dan disatukan.


Selama menjadi raja, kehidupan masyarakat Kesultanan Demak juga berjalan teratur dan diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma dan tradisi yang lama tidak ditinggalkan begitu saja.


Setelah Sunan Ampel wafat, Raden Patah dibantu oleh laskar-laskar pesisir utara Jawa memimpin serangan menggempur Majapahit hingga hancur. Keruntuhannya disimbolkan dalam candrasengkala sirna ilang kertaning bhumi. Sisa-sisa pengikut Girindrawardhana di Majapahit melarikan diri ke Blambangan, Tengger, Bali hingga Mataram.


(dikutip dari: detikdotcom/hans)