Menteri Keuangan Sebut Kuota Subsidi BBM Habis Bulan Oktober, Selanjutnya Bagaimana?

Iklan Semua Halaman

Menteri Keuangan Sebut Kuota Subsidi BBM Habis Bulan Oktober, Selanjutnya Bagaimana?

27/08/2022


 Jakarta (jurnalbesuki.com) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa  kuota BBM bersubsidi jenis Solar dan Pertalite yang ditargetkan dalam APBN tahun ini akan habis pada bulan Oktober. 


"Kalau kita asumsikan volume konsumsi (BBM) mengikuti selama delapan bulan terakhir, kuota akan habis di bulan Oktober, kalau konsumsinya tetap sama" papar Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagaimana dikutip dari Antara, Sabtu (27/8/2022). 


"Setiap bulan (konsumsinya) mrncapai 2,4 juta KL. Kalau skema ini diikuti, maka akhir September ini habis untuk (kuota) Pertalite," kata Sri Mulyani lagi.  


Menkeu juga menegaskan bahwa penggunaan anggaran untuk subsidi dan kompenssasi energi tahun ini mencapai angka Rp. 502 Trilyun dan hitungannya juga akan habis pada bulan oktober mendatang. 


"Sementara saat ini yang terjadi, dengan pemulihan ekonomi, konsumsi dan subsidi yang masih tinggi, konsumsi Solar dan Pertalite diperkirakan jauh melampaui apa yang ada di APBN," ujar Menteri jaman SBY itu menjelaskan. 


Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut perkiraan ini didasarkan pada data realisasi konsumsi bahan bakar jenis ini selama tujuh bulan awal tahun ini, dimana telah jauh melampaui separuh target APBN. 


Ia menjelaskan realisasi konsumsi Solar pada bulan Januari hingga Juli tahun ini sudah mencapai 9,88 juta kiloliter atau 65 persen dari kuota. Dengan itu, Ia memproyeksi konsumsi Solar akan mencapai 17,44 juta kiloliter atau 115 persen dari kuota hingga akhir tahun. 


Seperti diketahui, kuota penyaluran Solar bersubsidi dalam target APBN tahun ini sebesar 15,10 juta kiloliter.


Ia melanjutkan realisasi konsumsi Pertalite pada bulan Januari hingga Juli tahun ini sudah mencapai 16,84 juta kiloliter atau 73 persen dari kuota. Dengan itu, Ia memproyeksi konsumsi Pertalite akan mencapai 29,07 juta kiloliter atau 126 persen dari kuota pada akhir tahun. Kuota penyaluran pertalite bersubsidi dalam target APBN tahun ini sebesar 23,05 juta kiloliter.


Bendahara Negara itu mengatakan, pada dasarnya konsumsi Pertalite dan Solar yang sudah hampir memenuhi batas kuota itu, lebih banyak dinikmati orang kaya. Artinya, hanya sedikit dari anggaran subsidi dan kompensasi BBM yang dinikmati oleh orang miskin.


Ia menjelaskan, dari anggaran subsidi BBM dan kompensasi energi tahun ini yang ditetapkan sebesar Rp 502,4 triliun, di antaranya mencakup alokasi untuk Pertalite sebesar Rp 93 triliun dan alokasi untuk Solar sebesar Rp 143 triliun.


Sayangnya, anggaran Pertalite dan Solar itu malah lebih banyak dinikmati oleh orang kaya, sebab banyak orang dengan daya ekonomi yang mampu lebih memilih mengonsumsi BBM bersubsidi.


"Solar dalam hal ini dari Rp 143 triliun itu sebanyak 89 persen atau Rp 127 triliunnya yang menikmati adalah dunia usaha dan orang kaya," ungkap dia. 


Begitu pula dengan Pertalite dari anggaran Rp 93 triliun yang dialokasikan, sekitar Rp 83 triliun dinikmati oleh orang kaya. Masyarakat yang memang berhak mendapat subsidi dan kompensasi energi hanya menikmati sedikit. 


"Dari total Pertalite yang kita subsidi itu Rp 83 triliunnya dinikmati 30 persen terkaya," katanya. 


Ia bilang, jika barang yang disubsidi pada akhirnya dikonsumsi oleh orang kaya, maka sama saja artinya negara malah memberikan subsidi kepada mereka yang tidak berhak, alias tidak tepat sasaran. 


Oleh karena itu, pemerintah saat ini tengah berupaya untuk membuat kebijakan yang mendorong konsumsi Pertalite dan Solar bisa tepat sasaran. Terlebih, anggaran subsidi dan kompensasi energi bisa bertambah Rp 198 triliun jika tidak ada kebijakan pengendalian dari pemerintah. 


"Memang orang-orang yang tidak mampu dan miskin tetap juga menikmati barang itu namun porsinya kecil. Ini yang perlu untuk kita pikirkan nambah ratusan triliun, berarti kita menambah (subsidi) yang sudah mampu makin banyak lagi," tutup Sri Mulyani.(kompas/hans)