Memprihatinkan, Kasus Kejahatan Masih Didominasi Kekerasan Seksual

Iklan Semua Halaman

Memprihatinkan, Kasus Kejahatan Masih Didominasi Kekerasan Seksual

30/05/2022


 Bondowoso (jurnalbesuki.com) - Kasus Kejahatan yang terpantau saat ini di Kabupaten Bondowoso ternyata masih didominasi oleh kekerasan seksual. Faktanya, dalam lima bulan berjalan ditahun 2022, pengaduan dan penanganan kasus kekerasan seksual sudah masuk sedikitnya delapan kasus. 


Angka itu diketahui berdasarkan data dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) pada Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (P3AKB) Kabupaten Bondowoso. 


Data lembaga resmi negara itu menyebutkan delapan kasus kekerasan seksual lebih dominan dibanding kekerasan fisik. Bahkan satu diantara 8 kasus itu, kekerasan seksual dilakukan oleh bapak terhadap anak perempuan kandungnya.


Kepala Dinsos P3AKB Bondowoso Anisatul Hamidah membenarkan bahwa selama 2022 ini sudah mendapatkan delapan aduan kekerasan terhadap anak dan perempuan. Atas aduan tersebut, pihaknya mengaku sudah melakukan pendampingan kepada korban, untuk memastikan yang bersangkutan baik-baik saja. Baik dari fisik maupun psikologis. “Itu semua kami dampingi. Alhamdulillah mereka saat ini masih sekolah,” jelasnya.


Selain itu, perempuan yang juga aktif dalam Fatayat NU Bondowoso ini juga menerangkan, delapan kasus aduan yang diterima terdiri atas kekerasan fisik dan kekerasan seksual. Ironisnya, kekerasan seksual lebih banyak atau mendominasi.


Untuk memberikan efek jera kepada pelaku, Anis menegaskan, jika terjadi kekerasan terhadap anak dan perempuan, maka korban diharapkan segera melaporkan kepada pihaknya. Hal itu agar segera dilakukan tindakan dan pendampingan lebih lanjut. Walaupun laporan tersebut tidak harus resmi, mengingat pihaknya juga akan bergerak apabila terdapat pengaduan dari masyarakat. “Ketika ada pengaduan, kami langsung datang,” cetusnya.


Lebih lanjut, Anis juga mengutarakan, pendampingan terhadap korban kekerasan dilakukan secara diam-diam. Bahkan, petugas sampai tidak memakai seragam dinas, karena dikhawatirkan juga berdampak pada kondisi psikologisnya. “Jadi, tidak seperti penanganan bencana alam. Kalau bencana alam itu ramai-ramai tidak apa-apa. Kalau menangani kekerasan seksual harus silent,” tandasnya.(oky)