Pelaku Gorok Leher Ibu Kandung Diduga Akibat Depresi Setelah Cerai Dengan Istri

Iklan Semua Halaman

Pelaku Gorok Leher Ibu Kandung Diduga Akibat Depresi Setelah Cerai Dengan Istri

15/08/2022


Jember (jurnalbesuki.com) - Pelaku tindakan keji karena menggorok leher ibu kandung ketika sedang tidur lelap di Desa Garahan Kecamatan Silo Kabupaten Jember diduga mengalami gangguan kejiwaan.


Informasi dari salah satu tetangga, Pelaku bernama Misyanto (45) disebutkan baru sebulan lalu bercerai dengan istrinya. Sejak saat ini Misyanto sering nampak murung dan linglung. 


"Pelaku ini kayak orang linglung stres gitu. Sebulan belakangan tampak depresi setelah dicerai dan ditinggalkan istri dan anaknya," kata Muhliseh, Minggu (14/8/2022).


Muhliseh menduga, Misyanto bercerai karena faktor ekonomi. Terlebih, Misyanto telah berhenti bekerja akibat pandemi COVID-19.


"Pelaku itu kerjanya serabutan, dulu pernah kerja di Bali. Tapi mungkin karena Pandemi COVID-19 pulang ke Jember. Dicerai itu mungkin karena faktor ekonomi. Istrinya ini ya tetangga dekat pelaku dan korban. Rumahnya di depan tapi agak masuk di gang," ulasnya.


Sementara itu, psikolog asal Surabaya, Nido Dipo Wardana mengatakan bahwa kasus-kasus pembunuhan ibu oleh anak biasanya terkait dengan gangguan mental yang cukup berat. Gangguan mental ini membuat individu jadi kesulitan membedakan nyata dan tidak nyata.


"Biasanya memang terkait adanya gangguan mental cukup berat. Gangguan mentalnya mengandung halusinasi atau waham yang membuat individu jadi kesulitan membedakan mana yang nyata dan tidak nyata," kata dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (FPsi Unair) itu sebagaimana dilansir  detikJatim, Minggu (14/8/2022).


Menurut Nido, tidak semua kasus pembunuhan ibu oleh anak disebabkan gagguan mental. Faktor lainnya adalah konflik dalam keluarga.


"Nggak semua kasus pembunuhan ibu oleh anak ini disebabkan karena si anak memiliki gangguan mental. Bisa juga didorong oleh konflik dalam keluarga," papar kandidat doktor di Graduate School of Medical Science, University of Groningen, Belanda itu.


Pada kasus ini, Nido juga memperhatikan kondisi sang anak yang berusia 35 tahun. Maka, bisa jadi ada kombinasi antara permasalahan mental dan konflik keluarga.


"Kalau dalam kasus ini, dengan melihat usia anak, bisa jadi ada kombinasi permasalahan mental dan konflik keluarga," imbuhnya.


Untuk memastikan faktornya, Nido mengatakan, perlu ada info dan pemeriksaan lebih lanjut oleh psikolog yang memeriksa pelaku secara langsung.


Sementara itu, pelaku sudah diamankan polsek setempat. Motifnya pun masih didalami.(hans)