jurnalbesuki.com - Merebaknya serangan penyakit hepatitis akut misterius dikhawatirkan banyak kalangan. Kekhawatiran itu semakin menggelisahkan karena fakta yang terjadi justru banyak menyerang anak-anak.
Saat ini anak-anak sudah mulai berproses dengan pembelajaran tatap muka 100 persen disekolah. Orang tua harus benar-benar melakukan pemantauan serius terhadap putra-putrinya agar terhindar dari penyakit misterius itu.
Berikut ada tips dari Dokter ahli Universitas Airlangga berkaian dengan penyakit hepatitis itu.
Dokter Gastro-Hepatologi anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Bagus Setyoboedi menjelaskan bahwa penyakit hepatitis akut menunjukan proses peradangan di hati (hepatitis) yang belum diketahui penyebabnya.
Tidak diketahuinya etiologi dari hepatitis ini menyebabkan banyak kesulitan, baik dari segi pencegahan, penanganan, hingga penanggulangan penyebaran.
Dokter Bagus menyebutkan bahwa hepatitis yang lazim ditemukan biasanya disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, obat/toksin, kondisi autoimun, dan kondisi sistemik.
"Semua penyebab yang diketahui pada hepatitis secara umum telah diteliti, namun penyebab dari hepatitis akut ini belum ditemukan," jelasnya dilansir dari laman Unair.
Hepatitis pada anak yang diakibatkan virus, biasanya menimbulkan gejala ringan hingga sedang. "Gejala yang ditunjukan sama dengan hepatitis pada umumnya, namun sebagian kasus unknown hepatitis ini cepat memberat dan berdampak pada kegagalan fungsi hati, hingga kematian," sebut dokter Bagus.
Gejala ringan yang tampak di antaranya adalah demam, mual, nyeri otot, muntah, diare, sakit perut dan demam, sebagian disertai gejala kuning. Hepatitis akut juga dapat menyebabkan gejala berat atau fulminan seperti gangguan pembekuan darah dan penurunan kesadaran.
Dokter Bagus menyarankan untuk langsung menuju dokter setempat bila ditemukan gejala dari hepatitis yang sampai saat ini hanya ditemukan pada anak di bawah usia 16 tahun.
Untuk meningkatkan keamanan, tenaga medis juga perlu meningkatkan kewaspadaan dengan menggunakan single use medical equipment, serta selalu menerapkan universal precaution.
“Kementerian Kesehatan bersama organisasi profesi kedokteran sudah menyiapkan tata laksana dan alur rujukan dari fasilitas kesehatan pertama hingga lanjutan,” terangnya.
Meski belum diketahui penyebabnya, dokter spesialis anak tersebut menyarankan para orang tua untuk mewaspadai penyebaran penyakit ini.
“Secara umum terdapat tiga saluran penyebaran penyakit, yakni saluran cerna, pernapasan, dan kontak darah. Untuk itu sangat disarankan memakai protokol kesehatan, tidak jajan sembarangan, serta tidak berbagi alat makan yang sama,” jelasnya.(kompas/hans)