(jurnalbesuki.com) - Saat mandi, seseorang sering tiba-tiba mendapatkan ide baru yang bersifat kreatif. Hal-hal sebelumnya tidak muncul dipikiran mendadak muncul. Bahkan ide yang tercipta saat mandi terasa lebih berkualitas dan menarik.
Ternyata kemunculan ide kreatif seseorang ketika mandi itu telah diperdebatkan para ahli sejak lama. Dan tentang hal ini, para ahli juga telah menyebut bahwa kecenderungan munculnya ide baru ketika mandi hampir dialami hampir semua manusia.
Dua eksperimen baru-baru ini telah membantu menjelaskan fenomena tersebut. Eksperimen terbaru ini dipimpin oleh Zac Irving yang mempelajari dan mengajar filsafat ilmu kognitif di Universitas Virginia.
Eksperimen tersebut menemukan bahwa berkonsentrasi secara terus menerus pada satu tugas justru akan menghambat kreativitas kita. Studi ini merekomendasikan kita untuk beristirahat dan mandi jika ingin mendapatkan ide terbaik.
Mandi Dapat Menciptakan Ide Terbaik
Saat kita mandi, pikiran kita akan berkelana secara bebas, tanpa tujuan atau arahan, tetapi tetap memiliki batasan, seperti dilansir Science Alert. Saat pikiran melayang, para peneliti berpendapat bahwa kita dapat menghasilkan ide terbaik.
Di sisi lain, melakukan tugas yang membosankan justru akan menghalangi kita untuk mendapatkan ide kreatif. Pasalnya, kita akan cenderung memikirkan masalah tersebut secara terus menerus dan tidak dapat memikirkan ide lainnya.
Eksperimen yang dilakukan Irving sebetulnya bukan merupakan eksperimen pertama soal mandi. Namun, secara historis, eksperimen-eksperimen sebelumnya tentang efek mandi memiliki hasil yang tidak konsisten.
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa tugas yang tidak menuntut akan membiarkan pikiran kita melayang dan menghasilkan ide terbaik. Sayangnya, hasil penelitian lain gagal untuk menguatkan temuan tersebut.
Tugas Menarik Ciptakan Lamunan Produktif
Untuk mengatasi keterbatasan pada eksperimen sebelumnya, Irving dan rekan-rekannya kemudian merancang dua eksperimen terbaru.
Eksperimen pertama melibatkan 222 partisipan yang didominasi oleh perempuan. Pada percobaan awal, partisipan diberi waktu 90 detik untuk mencari sebanyak mungkin penggunaan alternatif untuk batu bata atau klip kertas.
Kemudian, partisipan dibagi ke dalam dua kelompok dengan tugas yang berbeda. Kelompok pertama diberi tontonan menarik selama tiga menit dari film When Harry Met Sally. Sementara kelompok lainnya akan menonton video tiga menit yang menampilkan pria melipat pakaian.
Kemudian, partisipan diberikan waktu untuk beristirahat. Setelah itu, mereka tiba-tiba diberikan waktu tambahan selama 45 detik untuk menambahkan lebih banyak ide ke tugas awal mereka.
Eksperimen ini menemukan bahwa selama menonton video yang menarik, lamunan pikiran akan berkorelasi positif dengan respons kreatif yang lebih banyak. Sedangkan partisipan penonton video melipat pakaian cenderung mengemukakan ide-ide yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok lainnya.
"Pada dasarnya, hasil-hasil ini menunjukkan bahwa jenis berpikir yang berbeda mendorong inkubasi kreatif selama tugas-tugas yang menarik dan membosankan," simpul para penulis.
"Sementara tugas-tugas yang menarik mengarah pada lamunan pikiran yang produktif, tugas-tugas yang membosankan mungkin bermanfaat karena memungkinkan seseorang beralih antara periode berfokus dan berpikir tanpa batas," jelas mereka.
Melamun Dapat Menciptakan Ide Baru
Kemudian eksperimen kedua dilakukan dengan 118 partisipan untuk mengulangi eksperimen pertama. Namun, setengah dari kelompok diinformasikan dengan jelas bahwa mereka akan kembali ke tugas asli, sementara setengahnya lagi hanya diberi tanda-tandanya saja.
Hasil eksperimen kedua mendukung temuan utama dari eksperimen pertama. Pasalnya, mereka menemukan bahwa lamunan pikiran atau pemikiran yang bergerak bebas dapat memfasilitasi penghasilan ide-ide baru.
Pada kelompok partisipan yang tahu bahwa mereka akan kembali ke tugas asli, mereka akan menghasilkan lebih banyak ide selama menonton video yang membosankan. Namun, skor kreativitasnya lebih rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka masih memikirkan tugas asli selama adegan melipat pakaian. Di sisi lain, adegan film cukup mengalihkan perhatian partisipan sehingga memungkinkan mereka untuk membuat hubungan menarik antara kedua tugas tersebut.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui mengapa efek mandi terjadi. Namun, eksperimen terbaru ini telah memberi gambaran yang lebih baik terkait bagaimana aktivitas sederhana, seperti mandi, dapat membantu kita menghasilkan pemikiran kreatif.(detik/hans)