Banyuwangi (jurnalbesuki.com) - Bagi kalangan remaja kebawah, menunggu saat adzan maghrib sebagai tanda waktu untuk berbuka puasa menjadi godaan yang sangat membosankan. Mungkin karena persoalan kebosanan ini, lalu muncul konsep ngabuburit atau bahasa sederhananya adalah berjalan-jalan untuk menghindari kebosanan.
Gebrakan ngabuburit gaya baru dilakukan oleh para siswa Madrasah Ibtidaiyah Darun Najah II Banyuwangi. para siswi kelas tingginya diajak melakukan ngabuburit dengan memberikan muatan pendidikan. Dan lokasi yang dipilih adalah tempat terbuka sehingga bisa santai.
Ditempat ngabuburit itu, Mereka belajar tentang kesehatan reproduksi, termasuk cara merawat organ kewanitaan agar terhindar dari risiko kanker. Contohnya seperti kanker rahim (serviks) dan kanker payudara.
Edukasi ini dikemas dalam kegiatan di luar kelas atau outdoor di Taman Sritanjung, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (23/4/2022). Kegiatan ini juga dalam rangka Hari Kartini dan bagian dari kegiatan siswa selama Ramadan. Tak tanggung-tanggung, materi tentang bahaya kanker serviks dan payudara adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam.
"Kami berikan edukasi langsung dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter Kurnia Alisa Putri. Siswi kelas 4, 5, dan 6, serta wali murid diberi edukasi tentang cara merawat organ kewanitaan sejak dini agar terbiasa hidup sehat dan terhindar dari kanker serviks dan kanker payudara yang banyak dialami wanita," kata Kepala MI Darun Najah II, Majidatul Himmah kepada wartawan.
Tak hanya edukasi bahaya kanker serviks dan payudara, siswi di sekolah itu juga dikenakan tentang bumbu dapur.
"Kegiatan ini diikuti siswi kelas 1 sampai 6 dan ibu-ibu wali murid. Siswi kelas 1, 2, dan 3 dikenalkan tentang bumbu dapur agar tahu macam-macam bumbu masak sehingga bisa membantu bunda di dapur," tambahnya.
Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam yang memberikan materi, Kurnia Alisa Putri, mengatakan anak-anak sudah harus diajarkan tentang kesehatan reproduksi sejak berusia tiga tahun. Namun, cara penyampaiannya berbeda dengan cara menyampaikan pada anak usia SD.
"Kalau pada anak usia 3-5 tahun mungkin bahasanya tidak sejujur kita bicara pada anak SD. Kalau anak SD sudah belajar biologi sehingga kita bisa menjelaskan lebih detail," katanya usai memberikan materi.
Menurut alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) ini, untuk pencegahan dan perawatan organ kewanitaan harus dilakukan sejak usia 3 tahun. Hal ini harus disampaikan pada anak-anak bahwa organ kemaluannya adalah sesuatu yang harus dilindungi, dijaga, dan tidak boleh semua orang tahu. Anak-anak juga harus memahami bagaimana cara membersihkan alat kelamin.
"Mereka harus memahami saat mereka kencing harus dibersihkan dengan air. Pembersihan harus dilakukan dari depan ke belakang, bukan dari belakang ke depan. Karena itu akan meningkatkan risiko kuman dari anus untuk naik ke saluran kencing," katanya.
Dokter yang bertugas di RS Yasmin, Banyuwangi ini menambahkan untuk pencegahan penyakit pada organ reproduksi, usia yang paling ideal untuk anak diberi edukasi adalah mulai kelas III SD. Sebab, pada usia itu mereka sudah paham.
"Karena untuk mempersiapkan mereka menstruasi. Biasanya umur 8 tahun atau kelas IV SD sudah mulai menstruasi," katanya.
Ia juga menjelaskan bagaimana cara mengganti pembalut dan berapa kali harus diganti saat sedang haid. Misalnya, sehari minimal tiga kali.
Menurutnya, hal itu tergantung pada pendarahan dan aktivitasnya juga.
"Hal-hal simpel seperti itu sih sebenarnya. Ganti celana dalam seperti apa, perawatan celana dalam seperti apa, harus dijemur, harus diletakkan yang tidak lembab, yang kering," ujar dokter yang akrab disapa Puput ini.(detik/hans)